Senin, 19 Desember 2011

CURHATAN Part 2 : Demokrasi dari sudut pandang yg berbeda

Curhat lagi ah, mumpung masih inget. :D

Demokrasi!
Memang sudah jadi hak semua orang untuk mengungkapkan aspirasi mereka. Bahkan kita bebas untuk melakukan yg kita inginkan.

Intim sekali memang jika kita mendengar apa yg namanya kebebasan, karena kebebasan itu identik dengan yg namanya Komunis. Entah apa yg dipikirkan orang komunis, kok bisa menganggap apa yg orang lain miliki, adalah milik kita juga? Kita yg udah usaha mati2an mendapatkan sesuatu/menghasilkan yg kita impi2kan, kok mereka nganggep itu punya gue? usaha woy, orang boker aja "ngeden" masa lo tinggal nongkrong aja udah kluar? masa mau dibilang taik lo brarti taik gue juga. *apasih?* hahaha. . :p

Demokrasi memang bisa jadi suatu upaya untuk mempermudah seseorang dengan apa yg ingin dia lakukan. Hal ini terbukti dengan seringnya seorang bilang "Terserah" jika diberikan suatu pilihan. Misalnya, "Kita mau jalan ke mana/mau makan apa yank?". Saya yakin, jawaban orang yg ditanya seperti itu akan lebih banyak yg menjawab "Terserah deh". *Curhat**Emang**hehe*

Gak nyambung sih pernyataan saya di atas.haha. Karena apapun itu, menurut saya yg namanya demokrasi masih belum memberikan makna yg sebenarnya. Demokrasi bukan berarti orang boleh nyolong uang rakyat dengan pidana tergantung uang sogokan dan pencuri ayam harus dibakar sampe mati karena uang buat jual ayam aja masih kurang buat nyogok.*maksudnya? :D*

Selain itu,demokrasi bukan berarti pihak kita harus selalu menutupi keburukan wiraswasta asing hanya karena mereka mampu bayar sewa mahal dan membongkar keburukan wiraswasta dalam negeri karena mereka bayar pajak lebih murah. *maybe* :D . Kalo pihak pemerintah pintar, pasti mereka memperhitungkan kerugian menjadi pemilik lahan dari perusahaan asing. Sebenarnya untuk apa pemerintah kalau tidak memaksimalkan SDA yg ada di negeri ini? Seharusnya pemerintah itu lebih memiliki pemikiran hebat untuk membangun SDA yg ada. Bukan malah menggali terus dari beberapa oknum, misalnya mahasiswa (melalui PKM) atau program sejenis dan pada akhirnya hanya sebagai event dan tidak tau bagaimana kelanjutannya.
Bagaimana  tidak mungkin kalau akhirnya pencetus-pencetus ide tersebut lebih memilih pergi ke luar negeri untuk menyalurkan idenya? karena mereka akan lebih di fasilitasi di sana dibandingkan di sini. Padahal sebenarnya negara kita mampu untuk itu. *parah*

Ada yg salah dengan demokrasi di Indonesia. Perang antar suku, tawuran pelajar, kurangnya kepedulian sosial dan lain sebagainya.
Saatnya kita prihatin terhadap negara kita, prihatin akan apa yg aka terjadi nanti. Prihatin dengan perubahan serta prihatin akan tragedi yg telah terjadi sehingga memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. . Aamiin

CURHATAN Part 1: Sisi lain Saya

Saya selalu ingin kesempurnaan yg sebenarnya, dan parahnya saya sendiri belum tau kapan bisa mencapai itu. Konsistensi yg memang belum saya capai sampai sekarang dan hanya menjadi "khayalan tingkat dewa" bagi saya sendiri. Saya berharap sesuatu yg mudah. Selalu saja ingin kemudahan dalam menghadapi sesuatu. Saya tau, jika memang kemudahan itu yg sulit untuk dicapai, maka kita sendiri yg harus melatih diri kita agar hal yg susah itu bisa jadi mudah. Istilahnya mempersiapkan diri gitu lah. Susahnya jadi orang yg kurang PD dengan kemampuan sendiri. Ternyata saya lebih mudah percaya sama orang lain dibanding dengan diri saya sendiri. ToT

Tiap pagi, saya selalu bangun dan melakukan rutinitas yg sedikit baiklah. Tapi apakah ini cuma sebatas upaya saya untuk lepas dari belenggu kewajiban saya sebagai mahasiswa? Ternyata jalan yg saya ambil belum memperlihatkan apa yg saya miliki, yg saya bisa. Berat sekali memang di saat yg "ringkih" ini saya masih belum bisa FOKUS dengan apa yg ingin gua gapai. *mygod!*

Saya ngerasa apa yg udah saya capai saat ini belum kepada hasil yg maksimal. Sorry, bukan maksimal yg sempurna tapi maksimal sesuai kemampuan saya. Yaah, kita semua kan tau kalo kita bukan makhluk yg diciptakan sempurna. karena sempurna adalah milik Allah SWT, Andra n The backbone dan 234 tentunya. :D

Daridulu, kenapa selalu saja hidup saya dibatasi dengan yg namanya fasilitas. Keinginan untuk berkembang jadi terhambat. Bagaimana bisa tau tentang talenta yg kita miliki kalau ada pembatas yg namanya "fasilitas". Bukan bermaksud tidak bersyukur, tapi ini cuma sekedar penyesalan; kenapa kok dulu saya masuk ke lobang "lumpur" di universitas konservasi ini dengan jurusan yg sama sekali tidak bisa mendukung saya bahkan teman-teman saya untuk memberikan kesempatan mudah untuk berkembang. ! Seandainya dulu saya sudah di fasilitasi barang yg namanya PC, saya pasti tidak masuk ke jurusan "lobang lumpur" ini dan tentu saat ini saya sudah di dunia kerja dan merasakan nikmatnya kedewasaan yg sesungguhnya. ~to be continue~